Pendukung Petisi Online 'Tolak UTBK Dimajukan' Terus Bertambah, Alasan Menristek Akhirnya Terungkap
Konten [Tampil]
Rencana pemerintah memajukan jadwal pelaksanaan Ujian Tulis
Berbasis Komputer 2020 atau UTBK 2020 langsung menuai respons dari masyarakat,
khususnya dari pelajar.
Rencananya, UTBK 2020 akan digelar diakhir 2019 mendatang.
Untuk diketahui, mulai tahun 2019, persyaratan untuk mendaftar
Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi (SBMPTN) 2019 adalah wajib mengikuti
UTBK.
UTBK dapat diikuti oleh siswa lulusan tahun 2017, 2018, dan 2019
dari pendidikan menengah (SMA/MA/SMK) dan sederajat, serta lulusan Paket C
tahun 2017, 2018, dan 2019.
UTBK menggunakan soal-soal ujian yang dirancang sesuai kaidah
akademik untuk memprediksi keberhasilan calon mahasiswa di semua program studi.
Pelaksana UTBK dilakukan oleh Lembaga Tes Masuk Perguruan Tinggi
(LTMPT).
LTMPT adalah satu-satunya lembaga penyelenggara tes perguruan
tinggi terstandar di Indonesia.
Keunggulan pelaksanaan UTBK oleh LTMPT antara
lain: tes dilakukan lebih dari 1 (satu) kali, peserta mengikuti maksimal 2
(dua) kali tes, dan hasil tes diberikan secara individu 10 (sepuluh) hari
setelah pelaksanaan tes.
Muncul petisi online
Dan yang mengemuka, wacana memajukan UTBK 2020 tersebut cukup
banyak mendapat penolakan.
Bahkan di www.change.org kini muncul sebuah petisi berjudul
"Tolak Dimajukannya UTBK ke Semester 5".
Petisi penolakan dimajukannya jadwal UTBK 2020 menjadi akhir 2019
muncul di www.change.org (capture www.change.org)
Petisi ini dibuat oleh Devan Hadrian dan ditujukan kepada
Kemenristekdikti RI.
Pantauan TribunKaltim.co pada, Senin (19/8/2019), sejak dibuat
sekitar 6 hari lalu, petisi ini sudah didukung sebanyak 94 ribu tanda tangan.
Padahal, sekitar 2 hari sejak petisi dibuat, jumlah tanda tangan
dukungan masih hanya 73 ribu tanda tangan.
Petisi online yang menolak jadwal UTBK dimajukan muncuk di www.change.org
Petisi online yang menolak jadwal UTBK dimajukan muncuk di
www.change.org (capture www.change.org)
Berikut narasi dalam petisi berjudul "Tolak Dimajukannya UTBK
ke Semester 5" tersebut:
Wacana pemerintah untuk memajukan Ujian Tulis Berbasis Komputer
(UTBK) 2020 mendapat banyak protes.
Protes ini kebanyakan dilayangkan oleh siswa-siswi SMA kelas XII
sendiri, terutama melalui media sosial seperti Twitter.
Awal dari banyaknya protes ini adalah pernyataan dari
Menristekdikti Mohamad Nasir, sebagai berikut :
"Kita ambil sekitar November-Desember (2019), jadi Januari
sudah ada kepastian diterima di perguruan tinggi.
"Siswa tinggal mengejar Ujian Nasional (UN) mereka."
Menurut beliau, UTBK dimajukan agar siswa mempunyai waktu yang
lebih panjang untuk mempersiapkan UN tanpa harus memikirkan UTBK yang telah
dijalani pada semester lima.
Menurut saya, langkah Kemenristekdikti ini kurang dipertimbangkan
secara matang.
Dimajukannya UTBK ke akhir semester 5 bukannya akan meningkatkan
hasil UTBK dan UN, tetapi justru berpotensi menjatuhkan keduanya.
Beberapa alasan saya yaitu :
1. Kurangnya waktu persiapan untuk UTBK:
Jika memang UTBK 2020 akan dilaksanakan pada akhir semester 5, maka
siswa tidak akan punya waktu yang cukup untuk persiapan.
Selain karena materi UTBK yang notabene cukup berbeda dengan materi
pelajaran di sekolah, kebanyakan siswa biasanya memanfaatkan waktu kosong
setelah UN untuk mempersiapkan materi UTBK.
Jika persiapan dilakukan pada semester 5, maka akan bertabrakan
dengan pelajaran sekolah.
Terlebih lagi, saat petisi ini ditulis sudah bulan Agustus dan
kebijakan ini masih berupa wacana, sehingga jika akhirnya ditetapkan (yang
pastinya memakan waktu lagi), mustahil persiapan yang dilakukan dapat maksimal.
2. Ketidaksiapan infrastruktur
Dari laporan-laporan yang saya baca, pelaksanaan UTBK 2019 sendiri
mengalami banyak masalah teknis.
Kebanyakan dari masalah teknis tersebut menyangkut masalah pada
website yang menyebabkan masalah saat pendaftaran, pengumuman, dan terutama
saat tes itu sendiri.
Dengan waktu persiapan yang jauh lebih singkat, siapa yang dapat
menjamin masalah-masalah ini tidak terulang lagi, jika tidak bertambah?
Gagal SBMPTN 2019? Ini 10 PTS Terbaik Versi Kemenristek Dikti
Lengkap dengan Fakultas-fakultasnya
Meski Ada Jalur PTN Diluar SBMPTN 2019, Peserta Harus Siap Puluhan
hingga Ratusan Juta, Ini Buktinya
3. Bertabrakan dengan materi UN
Dimajukannya UTBK ke bulan November-Desember akan membuat siswa
melakukan persiapannya pada semester 5.
Padahal, di semester 5 mereka juga mempunyai materi sekolah yang
harus dipelajari untuk UN (dan biasanya juga digabungkan dengan materi semester
6).
Jika siswa dipaksa untuk mempelajari keduanya pada saat yang
bersamaan, maka fokus siswa akan terpecah dan tidak dapat memperoleh hasil
maksimal pada keduanya.
Akan lebih baik jika UTBK tetap dijadwalkan setelah UN, sehingga
siswa dapat memanfaatkan jendela waktu antara UN dan UTBK untuk persiapan UTBK
yang maksimal.
4. Belum adanya alasan memprioritaskan UN
Saya yakin hampir semua pelajar SMA di Indonesia (termasuk saya
sendiri) sependapat bahwa SBMPTN/UTBK lebih penting daripada UN.
Ini mengingat fungsi UN yang hanya sebatas kelulusan dan peringkat
sekolah, dan sama sekali tidak mempengaruhi penerimaan di perguruan tinggi.
Jika memang pemerintah ingin mengubah sistem menjadi seperti ini,
mungkin dapat dipertimbangkan jalur baru untuk penerimaan mahasiswa yang
menggunakan NEM UN.
Atau, kenapa tidak UN saja yang dimajukan ke semester 5?
Toh kebanyakan sekolah juga memadatkan materi semester 6 di
semester 5, sehingga secara teknis pada akhir semester 5 siswa sudah
menyelesaikan materi UN.
Dengan demikian, semakin banyak waktu untuk mempersiapkan UTBK yang
memang menjadi prioritas.
Berdasarkan alasan-alasan di atas, saya berpendapat bahwa wacana
Menristekdikti untuk memajukan UTBK harus dibatalkan.
Saya berharap petisi ini dapat dibaca oleh pihak-pihak yang
berwenang dan membawa dampak dalam perumusan kebijakan ini.
Terima kasih.
Sejumlah warganet yang mengaku mendukung petisi ini juga memberikan
sejumlah komentar.
Sejumlah warganet yang mengaku warganet meminta agar wacana UTBK
2020 tersebut dibatalkan, karena dikhawatirkan bisa membuat pelajar depresi
bahkan gila.
Diena Nur Basyithah:
Mohon maaf Bapak/Ibu pejabat Kemendikbud Yth.
maaf sekiranya lancang, saya ingin mengeluarkan suara saya sebagai
warga negara Indonesia yang mempunyai hak bersuara.
mungkin bapak/ibu menginginkan sistem pendidikan di Indonesia
menjadi lebih maju seperti negara2 yang telah menjadi contoh dalam sistem pendidikan.
namun dapat diketahui bahwa tidak semua anak Indonesia MAMPU untuk mengikuti
nya.
perihal dimajukannya utbk pada angkatan lulusan 2020 menurut saya
itu bukanlah jalan keluar yang baik.
justru MEMBUAT para peserta didik depresi dengan tidak adanya
persiapan yang matang dan memberikan hasil yang tidak diinginkan.
untuk mencegah HANCURNYA "GENERASI PENERUS" ini mohon
jika ingin membuat suatu kemajuan dalam sistem pendidikan TOLONG diseimbangkan
dan disesuaikan pada KAMI PARA PELAJAR INDONESIA. Sekian terimakasih.
Mohon pengertiannya BAPAK/IBU Yth. Semoga dengan petisi ini bisa
dijadikan BAHAN PERTIMBANGAN untuk BAPAK/IBU Yth.
Marsya Destiana:
karena bisa gila
Tsabita Amalia:
Karena masa depan saya tidak sebercanda itu untuk dijadikan kelinci
percobaan karena saya akan berjuang demi orang tua saya yg sudah ikut serta
memperjuangkan cita cita saya
Christopher Lie:
Beban belajar di semester 5 saja sudah cukup berat, apalagi
ditambah dengan wacana ini. Kesehatan mental pelajar juga penting!
Salsabila Ardiana:
KARENA OTAK SAYA BUKA OTAK MAUDY AYUNDA!!! TOLONGGGG
Alasan Kemenristekdikti
Menristekdikti, Mohammad Nasir pun merespon adanya petisi penolakan
usulan jadwal UTBK dimajukan.
"Untuk UTBK, perlu saya sampaikan kepada para siswa untuk
tidak perlu khawatir akan wacana jadwal UTBK dimajukan, karena hal ini tidak
akan dilaksanakan tahun ini," katanya.
Jadwal UTBK dimajukan masih merupakan wacana dan baru akan
didiskusikan dengan para pimpinan perguruan tinggi, karena berdasarkan data
banyak lulusan SMA Sederajat yang berkualitas pada bulan Desember dan Januari
sudah diambil oleh perguruan tinggi asing.
Penerimaan mahassiwa baru di luar negeri sudah dimulai sekitar
bulan Desember.
Proses ujian masuk perguruan tinggi sebelum murid SMA lulus telah
dilakukan di berbagai negara
Misalnya, Australia, Singapura, dan Amerika Serikat.
Namun demikian, kebijakan ini akan dikaji terlebih dahulu dengan
melihat kesiapan sekolah dan perguruan tinggi.
"Ada tahapan dalam membuat kebijakan, tidak serta merta
diterapkan tanpa tahapan sosialisasi terlebih dahulu," katanya.
Kemenristekdikti tidak akan menerapkan sebuah kebijakan tanpa
kajian matang dan tahapan sosialisasi baik kepada perguruan tinggi maupun pihak
sekolah.(*)